Sabtu, 16 Oktober 2010

MAKALAH MATA KULIAH EKOLOGI TUMBUHAN ” KLASIFIKASI DAN KONSEP MENGAMATI POLA KOMUNITAS TUMBUHAN ”


MAKALAH MATA KULIAH EKOLOGI TUMBUHAN
” KLASIFIKASI DAN KONSEP MENGAMATI
POLA KOMUNITAS TUMBUHAN ”


Kelompok 4
Biologi 3B
1.               Ikvina Bililmi             (093300
2.               Niken Kurnia T         (09330088)
3.               Rizka Evrila R           (09330089)
4.               Luluk Latifa              (093300

           

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
OKTOBER
 2010
KATA PENGANTAR

 Assalamu’alaikum  wr. wb.
              Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Klasifikasi Dan Konsep Mengamati Pola Komunitas Tumbuhan ”. Makalah ini kami susun dalan rangka menyelesaikan tugas sekaligus sebagai acuan materi dalan pengembangan bahan ajar.
            Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Saran dan kritik tersebut akan sangat bermanfaat bagi penyempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

            Wassalamu’alaikum wr. wb.


Malang, 18 Oktober 2010
                                                                                    Penyusun

Kelompok 4











DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang...........................................................................4
1.2  Tujuan........................................................................................5

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
            2.1 Ekologi Dan Kedudukan Komunitas.........................................6
            2.2 Tinjauan Komunitas Dilihat Dari Segi Fungsinya.....................7
            2.3 Faktor Penyebab Keanekaragaman Pola Komunitas.................7
2.4 Pola Penyebaran Populasi Sebagai Kesatuan Dalam Suatu Komunitas................................................................................8
2.5 Konsep Mengamati Pola Komunitas.........................................9

            BAB III KESIMPULAN.........................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12



BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
Segi keanekaragaman hayati, posisi geografis Indonesia sangat menguntungkan. Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, berada di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta terletak di khatulistiwa. Dengan posisi seperti ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan keaneka-ragaman hayati terbesar di dunia. Keanekaragaman hayati Indonesia tersebar di berbagai tempat. Menurut Dr. Sampurno Kadarsan, ahli botani Indonesia, flora Indonesia termasuk dalam kawasan Malesiana. Kawasan Malesiana terdiri dari Indonesia, Filipina, Semenanjung Malaya, dan Papua Nugini. Kawasan ini dibatasi oleh tiga simpul demarkasi yang masing-masing terletak di Selat Torres di bagian selatan Jazirah Kra (Thailand) di bagian barat, dan di ujung utara pulau Luzon (Filipina) (Ifhendri, 2001).
Keanekaragaman hayati ditunjukkan dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah, serta ciri lain. Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai maacam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan makhluk hidup, yaitu tingkatan genetik, tingkatan spesies, dan tingkatan ekosistem.
Pada setiap tingkatan organisme memiliki pola penyebaran yang berbeda- beda hingga pada tingkatan komunitasnya. Hal tersebut dapat dilakukan analisa mengenai cara atau konsep dalam melakukan pengamatan pada pola penyebaran komunitas tingkat flora atau tumbuhan. Sehingga kita dapat mengetahui bagaimana cara atau konsep yang didapatkan untuk mengamati pola komunitas pada tumbuhan.



1.2  Tujuan
1.2.1         Mengetahui ekologi dan kedudukan komunitas.
1.2.2         Mengetahui komunitas dari segi fungsinya.
1.2.3         Mengetahui faktor penyebab penyebaran pola komunitas.
1.2.4         Mengetahui pola penyebaran populasi sebagai kesatuan dalam suatu komunitas.
1.2.5         Mengetahui konsep mengamati pada pola komunitas





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ekologi Dan Kedudukan Komunitas
            Ekologi merupakan cabang biologi dan merupakan bagian dasar dari biologi. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistein, hingga biosfer. Serta mempelajari tentang konsep mengenai pengamatan terhadap pola komunitas pada tumbuhan.
                Komunitas itu sendiri yaitu berperan sangat penting dalam keseimbangan ekosistem. Komunitas adalah beberapa populasi yang hidup pada suatu habitat fisik tertentu, yang merupakan suatu unit organisasi dengan karakteristik tertentu sebagai tambahan dari komponen karakteristik populasi penyusunnya, dan berfungsi sebagai suatu unit melalui berbagai transformasi metabolik. Ukuran dan komposisi spesies pada komunitas adalah berbeda-beda, namun dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkatan tropiknya, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer.
            Komunitas tidak hanya mempunyai kesatuan fungsional tertentu dengan struktur trofik dan arus energi khas saja, tetapi juga merupakan kesatuan yang di dalamnya terdapat peluang bagi jenis tertentu untuk dapat hidup dan berdampingan. walaupun demikian tetap masih ada kompetisi diantaranya, sehingga akan ditemukan populasi tertentu berperan sebagai dominansi suatu komunitas. Populasi yang mendominasi tersebut terutama adalah populasi yang dapat mengendalikan sebagian besar arus energi dan kuat sekali mempengaruhi lingkungan pada semua jenis yang ada di dalam komunitas yang sama.
Karakter umum dari suatu komunitas biasanya ditentukan oleh spesies yang dominan pada komunitas tersebut. Keanekaragaman spesies merupakan faktor penting dari suatu komunitas selain dominansi. Keanekaragaman komunitas ditentukan pula oleh pola komunitas yang merupakan pola penyebaran atau stratifikasi dari spesies yang hidup pada komunitas tersebut.

2.2 Tinjauan Komunitas Dilihat Dari Segi Fungsinya
            Komunitas memiliki beberapa fungsi yang diantaranya yaitu :
  1. Komponen-komponen komunitas mempunyai kemampuan untuk hidup pada linkungan yang sama di suatu tempat dan untuk hidup saling bergantung yang satu dengan yang lain.
  2. Komunitas mempunyai derajat keterpaduan yang lebih tinggi dari pada individu-2 dan populasi tumbuhan dan hewan yang menyusunnya.
  3. Komposisi komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu di tempat tsb, dan
  4. Kegiatan anggota-anggota komunitas bergantung pada penyesuaian dirisetiap individu terhadap faktor-2 fisik dan biologi yang ada di tempat tsb.
  5. Bila ditinjau dari segi deskriptif suatu komunitas dicirikan oleh komposisinya yang tertentu.
  6. Seringkali perubahan komposisi jenis satu komunitas ke komunitas lain sangat nyata,dan bila jenis-2 utama dari dua komunitas berbeda sekali, batas antara komunitas itu akan jelas pula. Tetapi dapat juga perubahan komposisi terjadi secara berangsur-angsur sehingga batas tersebut tidak jelas.
  7. Perubahan komposisi berkaitan dengan perubahan faktor lingkungan, misalnya topografi,tanah, kelembaban,temperatur, atau iklim (bila mencakup kawasan yg luas).

2.3 Faktor Penyebab Keanekaragaman Pola Komunitas
Pola yang disebutkan sebagai struktur  yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya dengan lingkungannya (hutan chinson, 1953). Banyak macam pengaturan yang berbeda-beda hingga menyebabkan keanekaragaman dalam pola komunitas yang dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya yaitu
1. Pola stratifikasi (pelapisan gerak)
2. Pola-pola zonasi (pemisahan ke arah mendatar)
3. Pola-pola kegiatan (perioditas).
4. Pola-pola jaring-jaring  (organisasi jaringan kerja di dalam rantai pangan).
5. Pola reproduktif ( asosiasi-asosiasi orang, anak-anak, klone,klone tanaman dsb).
6. Pola-pola sosial (kelompok-kelompok dan kawanan-kawanan).
7. Pola-polaa ko-aktif(diakibatkan oleh persaingan antibiosis, mutualisme dsb) dan
8. Pola-pola stochastik ( diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak).

2.4. Pola Penyebaran Populasi Sebagai Kesatuan Dalam Suatu Komunitas
            Penyebaran adalah pola tata ruang populasi yang satu relative terhadap yang lain dalam suatu komunitas. Penyebaran atau distribusi populasi dalam satu komunitas bias bermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu : penyebaran secara teratur, penyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran berkelompok (Rahardjanto, 2001)
1.      Penyebaran secara teratur (regular dispersion) dengan populasi yang kurang lebih berjarak sama satu dengan yang lain, jarang terdapat di alam, tetapi umumnya di dalam suatu ekosistem yang dikelola, dan disini tanaman atau pohon memang sengaja datur seperti itu yaitu jarak yang sama untuk menghasilkan produk yang optimal (Setiono, 1999).
2.      Penyebaran acak (random dispersion) juga sangat jarang terjadi dialam. Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila factor lingkunganya sangat seragam unuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat – sifat untuk berkelompok dai organisme tersebut,, dalam tumbuhan ada bentuk – bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan tumbuhan (Azhari, 2007).
3.      Penyebaran secara merata, umum terdapat padaa tumbuhan. Penyebaran seacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat pada tumuhan misalnya untuk mendapatkan nutrisi dan ruang (Lestari, 2001).
4.      Penyebaran secara berkelompok (clumped dispersion) dengan individu – individu yang bergerombol dalam kelompok – kelompok adalah yang paling umum terdapat dialam, terutama untuk hewan (Hastuti, 2007).
Semua berkaitan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, khususnya ketersediaan sumberdaya makanan, ruang, dan lain-lain setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan daerah wilayahnya (teritori) ,dengan cara teup berada pada wilayahnya masing-masing atau mengisolasikan diri. pada hewan tingkat tinggi, isolasi umumnya dilakukan dengan membatasi daerah tempat kehidupannya dengan daerah pengembaraan (home range).

2.5 Konsep Mengamati Pola Komunitas
Whittaker (1970) mengemukakan bahwa ada tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas, yaitu:
1.      Gradasi komunitas (community gradient, coenocline)  yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi.
2.      Gradasi lingkungan (enviromental gradient) yang menyangkut jumlah faktor-faktor lingkungan yang berubah secara bersama-sama. Umpamanya saja, dalam dalam gradasi elevasi (elevation gradient) termasuk faktor-faktor penurunan suhu rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan sebagainya,kearah ketinggian yang meningkat. Faktor-faktor ini secara menyeluruh mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan, dan sangat sulit menentukan tanpa eksperimen faktor mana sebenarnya yang paling penting dalam sebuah populasi. Kelompok faktor-faktor lingkungan yang berubah secara bersama-sama dan sepanjang perubahan tersebut terjadi pula perubahan komunitas,dan tentunya populasi dalam komunitas ini dipengaruhinya pula, dinamakan kompleks gradasi (cole gradient).
3.      Gradasi ekosistem (ecocline) yang dalam hal ini kompleks gradasi dan gradasi komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi komunitas dan lingkungan.
Penelitian komunitas dengan menghubungkan ketiga gradasi, yaitu gradasi faktor lingkungan, populasi jenis dan karakteristik komunitas, disebut analisis gradasi (gradient analysis) (Whittaker 1970). Dengan analisis gradasi ini faktor-faktor lingkungan dijadikan sebagai dasar dalam mencari hubungan yang erat antara variasi lingkungan dengan variasi populasi jenis dan komunitas. Sebaliknya juga, variasi populasi jenis dan komunitas dapat dipakai sebagai dasar dalam penelitian komunitas ini dan kemudian gradasi komunitas ini dapat dikorelasikan dengan faktor-faktor lingkungan yang mungkin juga membentuk suatu gradasi.
Cara yang terakhir ini disebut ordinasi (ordination) yang tidak lain adalah pengaturan komunits-komunitas dalam suatu deretan menurut variasi komposisinya. Sering pula cara ini disebut analisis gradasi tidak langsung (indirect gradient analysis). Kedua cara ini mrupakan alternatif pendekatan terhadap komunitas dengan cara kualifikasi. Dengan pendekatan klasifikasi ini, dibuat suatu pengenalan tipe komunitas dan kemudian komunitas ini dikarakteristikan dengan faktor lingkungan, komposisi jenis atau dengan karakteristik komunitas lainnya. 



           











BAB III
KESIMPULAN

            Dari hasil pembahasan diatas maka didapatkan beberapa kesimpulan diantaranya yaitu :
1.      Ekologi merupakan cabang biologi dan merupakan bagian dasar dari biologi. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistein, hingga biosfer. Serta mempelajari tentang konsep mengenai pengamatan terhadap pola komunitas pada tumbuhan dan komunitas tidak hanya mempunyai kesatuan fungsional tertentu dengan struktur trofik dan arus energi khas saja, tetapi juga merupakan kesatuan yang di dalamnya terdapat peluang bagi jenis tertentu untuk dapat hidup dan berdampingan dengan karakter umum yang biasanya ditentukan oleh spesies yang dominan pada komunitas tersebut.
2.      Keanekaragaman dalam pola komunitas yang dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya yaitu pola stratifikasi (pelapisan gerak), pola-pola zonasi (pemisahan ke arah mendatar), pola-pola kegiatan (perioditas), pola-pola jaring-jaring  (organisasi jaringan kerja di dalam rantai pangan), pola reproduktif ( asosiasi-asosiasi orang, anak-anak, klone,klone tanaman dsb), pola-pola sosial (kelompok-kelompok dan kawanan-kawanan), pola-polaa ko-aktif(diakibatkan oleh persaingan antibiosis, mutualisme dsb) dan pola-pola stochastik ( diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak).
3.      Penyebaran adalah pola tata ruang populasi yang satu relative terhadap yang lain dalam suatu komunitas. Penyebaran atau distribusi populasi dalam satu komunitas bias bermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu : penyebaran secara teratur, penyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran berkelompok.
4.      Whittaker (1970) mengemukakan bahwa ada tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas, yaitu: gradasi komunitas, gradasi lingkungan, dan gradasi ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA


Resosoedarmo, soedjiran.1991. Pengantar Ekologi. Pasca sarjana IKIP Jakarta : Jakarta
http://aepmsnet.blogspot.com/2010/10/ilmu-lingkungan.html

Diakses pada 15 oct 2010, 3.15 p.m


Alamat Blog :















Tidak ada komentar:

Posting Komentar